Pagi-pagi, kau bangun kesiangan. Buru-buru hendak sholat subuh padahal sudah pukul setengah tujuh. Di luar sebenarnya sudah terang, tapi kau enggan membuka jendela ataupun sekadar menyibak tirainya, agar cahaya tak masuk, agar "feel" subuhnya masih terasa. Tanpa sadar kau mengawali pagi dengan mencoba membohongi Tuhan, terlebih dirimu sendiri.
"Bangun, say. Ntar rejeki kita dipatok ayam" ujarmu membangunkan istri. Kalimat kiasan yang jika diartikan secara harfiah tentu saja bohong. Mana ada ayam yang bisa mematok rejeki?
Kau lalu masuk ke kamar mandi. Bercermin sejenak. Tampak sehelai uban di kepala. Kau panik dan segera mencabutnya, tak lupa mencukur bulu-bulu kasar pada wajah. Tentu saja agar terlihat muda. Kau berniat membohongi pemerhati fisikmu di luar sana. Siapa lagi kalo bukan kaum hawa.
Pesan Whatsapp berbunyi, dari atasan di kantor, menanyakan posisi. Kau membalasnya "OTW", padahal masih di ruang tamu mengikat tali sepatu.
"Mbok, jangan duduk di pintu! Pamali! Bahaya!" ujarmu pada asisten rumah tangga yang menghalangi langkahmu. Kau membohonginya dengan suatu hal gaib yang tak jelas dasarnya.
Di perjalanan dalam bus, seorang pengemis kecil mencolekmu dengan wajah memelas. "Gak ada". Ujarmu tanpa menoleh. Kau berbohong hanya karena malas merogoh saku.
Tiba di kantor, kau tak langsung membuka folder kerja, melainkan akun fesbukmu lebih dulu. Cekikikan sendiri hingga atasanmu melintas dan fesbuk segera kau minimize. Di display monitor kini hanya tampak file kerja. Lagi-lagi kau membohonginya dengan mencuri jam kerja.
Pekerjaanmu membutuhkan email baru. Tanpa membaca Terms and condition, kau langsung memencet apply, padahal ada pertanyaan di situ. Ternyata pada robotpun kau berbohong dengan enteng saja.
Jam makan siang, teman kantor mengajakmu makan di luar, sekaligus mau bayar utang katanya, dia baru saja dapat rejeki.
Belum tuntas makanan kau habiskan, masuk WA dari istrimu. "Gimana masakannya say? enak?". Istrimu memang rutin memberi bekal dari rumah. Dengan berat hati kau hanya balas WA-nya dengan ikon jempol dan kiss. Kau sadari sudah berbohong, tapi traktiran temanmu terlalu sayang untuk diabaikan.
Usai makan, temanmu bayar hutang. Duitnya langsung kau sembunyikan pada lipatan-lipatan kartu nama dalam dompetmu. Suatu bentuk kebohongan pada istri dengan dalih pendapatan di luar gaji.
Jam kantor sebentar lagi berakhir, kau mengisi waktu dengan membuka fesbuk via gadgetmu. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saja kau sudah berasyik masyuk dengan stalking akun mantanmu, orang yang pernah kau bohongi dengan janji "tak bisa hidup tanpanya". Jika saja janjimu saat itu benar, mestinya saat ini kau sudah mati karenanya.
Pulang kantor kau mampir membeli buah tangan untuk di rumah. "gak sampe modalnya, Pak!" ujar pedagang rambutan saat kau tawar jualannya. Dan kaupun terima saja walau dibohongi.
Tiba di rumah kau dapati anakmu sedang menonton kartun via gadgetnya, kebohongan visual berbentuk hewan-hewan dan kendaraan yang bisa berbicara. Sementara istrimu di ruang tengah, berurai air mata dibohongi oleh sinetron hidayah.
Belum sempat rebah di sofa, teleponmu berbunyi. Ada nama orang yg kau hindari pada displaynya. "bilang saja saya lagi keluar, gak bawa hape". ujarmu berbisik pada istri, kau suruh ia berbohong.
Anakmu lalu masuk ke ruang tengah "Pak, ada peminta sumbangan panti asuhan" ujarnya. Kau cuma mengintip sedikit ke ruang tamu, lalu menitip pesan pada anakmu "bilang saja bapak dan ibu lagi gak ada". Ternyata gak cukup istrimu, anakmu pun kau ajar berbohong.
Malam ini akhirnya kau tidur cepat karena kelelahan. Tengah malam kau dapati istrimu sedang berkaca-kaca. "Loh, ada apa say?".
Istrimu panik dan segera menyeka air matanya "gak apa-apa. Aku baik-baik saja", ujarnya dengan senyum dipaksakan. Padahal istrimu membohongimu. Ia sesungguhnya tidak dalam keadaan baik, karena baru saja mendapatkan akun mantanmu dari gadget yang kau lupa clear history.
Nah, lihatlah, betapa banyak kebohongan yang tanpa sadar kita akomodir dan lumrahkan hanya dalam satu putaran hari.
Lantas mengapa kita heran jika saat ini ada yang berbohong ataupun ingkar janji?
bang arham
EmoticonEmoticon